Preview
Remove image

Doa Kami...

Firman Allah Swt“ Janganlah kamu cenderung kepada KEZALIMAN kelak kamu akan disambar oleh api neraka.”

Berdoalah kepada Ku, nescaya akan Ku perkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Ku akan masuk
neraka jahannam dalam keadaan hina dina! -Surah Al-Mukmin ayat 60




Islam dan Kebersihan..Dimana kita??


Perintah Al-Quran untuk melakukan ibadah yang kemudian dikaitkan dengan kebersihan, menunjukkan bahwa keduanya tak dapat dipisahkan karena saling melengkapi. Oleh karena itu, antara ibadah dengan kebersihan terhadap hubungan timbal balik di mana kebersihan dinilai sebagai ibadah, dan ibadah itu sendiri dianggap tidak sah atau sempurna tanpa melalui kebersihan.Peraturan-peraturan ini jelas menunjukan soal, syarat dan mekanisme agar ibadah yang dilakukan dapat memberikan sesuatu yang positif bagi kehidupan pelakunya. Sesuatu itu dimaksud tidak hanya diharapkan pada saat berlakunya ibadah, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah di luar ibadah.Ibadah-ibadah yang diatur dalam Al-Quran khusus yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah di antaranya adalah shalat, puasa, haji dan lain-lain. Hal yang paling menarik dari ibadah-ibadah ini ialah adanya penentuan syarat-syarat sebelum pelaksanaan ibadah. Syarat-syarat ini pada umumnya mengarah kepada sifat bersih baik lahir mahupun batin.

Firman Allah “Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahKu”. Kedudukan fiqh dalam ayat ini adalah mengatur tata cara pengabdian manusia kepada Allah sebagai Zat Yang Maha Suci dan Maha Bersih, dan karenanya pengabdian ini tidak akan membuahkan hasil yang baik jika manusia tidak mensucikan dan membersihkan dirinya terlebih dahulu. Artinya, sifat-sifat Allah yang bersih dan suci hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang bersih dan suci. Bila kebersihan dikaitkan dengan ibadah sebagaimana disebutkan Al-Quran dalam ibadah shalat, berarti menjaga kebersihan termasuk sesuatu yang diwajibkan, sama halnya dengan kewajiban shalat itu sendiri. Ini juga termasuk salah satu alasan para ulama ketika mengeluarkan kaidah fiqh mala yatimmu al-wajib illa bihi fahuwa wajib yang artinya ‘apabila suatu kewajiban tidak sempurna tanpa melibatkan sarana yang lain, maka sarana yang lain itu juga hukumnya adalah wajib’. Kebersihan dengan ibadah maka kebersihan itu sendiri adalah termasuk sebahagian dari ibadah, apalagi kebersihan dijadikan sebagai salah satu syarat sah.

Akan tetapi yang lebih penting lagi nilai-nilai dimaksud dapat diterapkan di luar waktu ibadah.

Memelihara Kebersihan Alam Sekitar

Umat Islam sangat berhati-hati dalam menjaga lpersekitaran terdekat mereka agar tetap bersih. Satu contoh tentang itu disebutkan dalam surah al-Hajj. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk memelihara Ka’bah agar tetap bersih untuk orang-orang beriman yang berdo’a di sekitar tempat itu,

"Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu menyekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku dan sujud.’" (al-Hajj [22]: 26.Sebagaimana dikehendaki ayat tersebut, kebersihan persekitaran tempat suci yang sejenis (mushala, masjid, majelis taklim, Ed.) harus dipelihara, terutama sekali bagi orang-orang beriman lainnya yang hendak menunaikan ibadah untuk mendapatkan ridha Allah. Karena itu, semua orang beriman yang mengikuti langkah Ibrahim a.s. harus menjaga tempat tinggal mereka agar tetap bersih dan rapi, sebab hal itu dapat menyenangkan hati mereka.

Konsep qur`ani tentang kebersihan jelas berbeda dengan pemahaman orang-orang yang tidak beriman. Allah memerintahkan orang-orang beriman supaya "bersih dan suci" baik lahir maupun batin. Dengan kata lain, hal ini bukanlah bersih dalam pengertian klasik atau kuno, melainkan sebuah upaya berkesinambungan.

Menurut kaidah ini, penggambaran Al-Qur`an tentang kehidupan di surga juga bersifat perintah.Persekitaran syurga sudah dibersihkan dari segala bentuk kotoran yang dapat kita lihat di sekitar kita. Surga adalah sebuah tempat yang penuh dengan kebahagiaan, dengan kebersihan yang sempurna. Tiap perincian yang terwujud di sana berada dalam keserasian yang sempurna dengan setiap perincian lainnya. Dalam cahaya ilustrasi seperti ini, insan beriman sentiasa harus berupaya menjaga persekitaran mereka agar bersih dan mengalihkan kenangan mereka pada tempat-tempat yang mengingatkan mereka kepada surga. al-‘Ilmi. Hal. 57).

Akhirnya, renungilah seruan Ilahi untuk hamba-hamba-Nya bagi menjaga alam sekitar khususnya bukit-bukau dan gunung-ganang ciptaan terindah Tuhan menerusi ayat yang bermaksud: Tidakkah engkau melihat bahawa Allah menurunkan hujan dari langit, lalu Kami keluarkan dengan air hujan itu buah-buahan yang berlainan jenis dan rupanya; dan di antara gunung-ganang pula ada yang mempunyai jalur-jalur serta lorong-lorong putih dan merah, yang berlainan warnanya (tua dan muda) dan ada juga yang hitam legam; Dan demikian pula di antara manusia dan binatang-binatang yang melata serta binatang-binatang ternak, ada yang berlainan jenis dan warnanya? Sebenarnya yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun. (Faatir: 27 -28)

Hal ini disokong pula dengan hadis Nabi SAW bermaksud; Sesungguhnya dunia ini cantik dan subur menghijau dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu (wahai manusia) selaku pengurusnya dan apa yang terdapat padanya. (Al-Tirmizi, Muhammad bin Isa. 2004. (Rujuk: Jami’ al-Tirmizi. Kitab al-Fitan. Hadis No. 2191. Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyyah).

0 comments: